Gelombang Gravitasi, Buktikan Kelenturan Ruang dan Waktu
1916, Albert Einstein menggagas
teori relatifitas umumnya tentang gravitasi dan hubungannya terhadap ruang
waktu. Ruang dan waktu tidaklah statis tetapi mampu meregang atau menyempit, kurang
lebih seperti itulah gagasannya.
Gelombang gravitasi adalah riak
dalam lengkung ruang waktu yang bergerak didalamnya menyerupai gelombang. Fenomena
ini mirip seperti perambatan getaran pada sebuah kasur karet yang luas. Ketika dua
orang berada diatasnya dalam jarak yang cukup jauh, jika salah seorang bergerak maka seorang yang lain juga akan merasakan getarannya.
Kacamata manusia masih memandang grafitasi
terlalu kecil untuk diamati pengaruhnya terhadap pelenturan ruang waktu. Peregangan
ruang waktu dalam perhitungan teoritis berada di kisaran 10-24 meter.
Untuk menggambarkan betapa kecilnya itu, coba bandingkan dengan jari-jari atom
yang berkisar antara 10-11 sampai 10-10 meter, atau bandingkan
dengan inti atom yang besarnya di kisaran 10-15 meter. Dengan peregangan
yang sekecil itu, bayangkan bagaimana sulitnya untuk mendeteksi. Belum lagi alat
ukur konvensional akan ikut melentur bersama ruang dan waktu, sehingga mustahil
dapat digunakan untuk mengamatinya.
Kamis 11 Januari 2016, seratus
tahun setelah gagasan jenius itu disampaikan Einstein, Tim Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) Mengklaim
berhasil mendeteksi gelombang gravitasi dari peristiwa bergabungnya dua lubang
hitam yang jaraknya 1,3 miliar tahun dari bumi.
LIGO adalah fasilitas riset berupa
tabung hampa udara yang terbentang sejauh 4 kilometer, terletak di Washington
dan Lousiana. LIGO mulai diaktifkan September 2015 lalu. Secara teoritis, semua
benda yang megalami perubahan kecepatan akan menghasilkan gelombang gravitasi
sebagaimana setiap benda ketika berada diatas lautan lepas menghasilkan
riak-riak gelombang. Bergabungnya dua lubang hitam diatas menghasilkan riak yang
cukup kuat untuk didengarkan oleh LIGO.
"Kami mendeteksi gelombang
gravitasi. Inilah pertama kalinya alam semesta bicara kepada kita dengannya,"
kata David Reitze, Direktur Eksekutif LIGO, kepada Nature dengan
penuh kegembiraan. Kicauan Gelombang gravitasi tersebut terdengar pada
frekwensi 35 Hz dan memuncak menjadi 250 Hz.
Ini merupakan penemuan besar yang mungkin
akan membuat revolusi di bidang fisika dan Astronomi. Gelombang grafitasi dapat
menjadi pembawa informasi dari alam semesta. Gelombang gravitasi ini dapat
membantu manusia mempelajari kejadian pada masa inflasi (10-36
sampai 10-33 detik setelah terjadinya Big Bang) sehingga
terbentuknya struktur alam semesta yang kita tempati saat ini.
Sebelumnya penemuan ini, manusia hanya
mengenal dua jenis gelombang, yakni mekanik dan elektromagnetik. Gelombang mekanik
merambat dalam medium, salah satu pemanfaatannya adalah menghantarkan bunyi. Manusia
kemudian mengolah bunyi kedalam berbagai jenis nada dan warna hingga
menghasilkan komunikasi dalam berbagai bahasa dan budaya. Gelombang elektromagnetik
merambat dengan membentuk medan magnet dan medan listrik, salah satu
pemanfaatanya adalah komunikasi nirkabel yang memungkinkan manusia
berkomunikasi tak terbatasi jarak. Wahana
antariksa NASA ‘New Horison’ telah melewati Pluto pada juli 2015 lalu
dikendalikan manusia dari Bumi menggunakan gelombang elektromagnetik.
Jika kedua gelombang tersebut mampu
memberikan manfaat yang luar biasa bagi peradaban manusia, kiranya apa yang
bisa dilakukan oleh gelombang gravitasi yang perambatannya memberi gangguan
terhadap ruang dan waktu? Sebelum menjawab itu, kita harus mengurai
karakteristik gelombang gravitasi itu sendiri baik melalui kajian teoritis
maupun pembuktian ilmiah. Wallahu’alam
Bogor, 28 February 2016. Ahmad
Yasin
Komentar