Penelusuran manusia terhadap fenomena kehidupan menjadi sesuatu yang
tiada habis. Berkembangannya ilmu pengtehuan yang mendasari teknologi
akan terus berlanjut, dan alam terus menampakkan fenomena barunya setiap
kali suatu teorema hampir dipercayai utuh sebagai kebenaran.
Postulat
relativitas Einstein dimunculkan ketika asumsi keberadaan ether
tertolak oleh fakta alamiah. Eksperimen Michelson-Morley tidak mampu
membuktikan apapun terkait ether yang diduga sebagai medium perambatan
gelombang elektromagnetik. Dan Alam menampakkan kebenaran postulat
Einstein kemudian, ketika perumusan matematika yang diajukannya tersebut
kerap kali tepat memprediksi fenomena-fenomena yang dianggap aneh
sebelumnya. Namun –sebagaimana diungkapkan para peneliti eropa (CERN)
akhir september lalu, ketika postulat itu sukses meramalkan berbagai
fenomena, alam justru menampakkan fenomena lain tentang keberadaan
partikel yang bergerak melebihi kecepatan cahaya. Sehingga bahasa
matematika yang diturunkan Einstein sebelumnya tidak akan mampu lagi
memprediksikan gejala alam tersebut, sebagaimana ketidakcocokan Newton
dalam meramalkan gejala relatifistik.
Kasus
tersebut menunjukkan kepada kita tentang keterbatasan sebuah teori.
Namun manusia yang dilebihkan akal oleh tuhannya pasti akan memberikan
rumuskan barunya terkait penampakkan fenomena tersebut. Begitulah
seterusnya dan batasannya tak akan pernah diprediksi oleh keterbatasan
(manusia).