Menerawang Masa Depan
Foto : Dok Pribadi
Dari ruang-ruang kelas itu kita dapat melihat karakter masa depan sebuah bangsa, karena dari sanalah nilai-nilai itu terwariskan dari generasi ke generasi.
(Ahmad Yasin, 16 April 2014)
(suasana kelas masih tak terkendali)
"Ibu di sini mau nyari uangkan?" Siswa itu bangkit dari duduknya sembari mangatakan sesuatu yang tak pantasuntuk dikatakan oleh seorang murid kepada Gurunya.
("waaahaha..." kelas menjadi semakin gaduh)
Sang guru menatap tajam muridnya yang dalam sekejap sudah berdiri di depannya. Apa yang akan engkau katakan jika dalam posisi seperti?
"Nih saya kasih uang, ibu gak usah ngajar lagi disini" Tanpa memberi kesempatan untuk mendengarkan jawaban sang guru, dengan kasar di letakkannya setumpuk lembaran uang seretus ribuan diatas meja sang guru.
***
di tempat yang lain, seorang guru sebuah sekolah yang 'berlabel' Islam di panggil kepala sekolah untuk sebuah alasan yang di ada-adakan. Kau tahu alasannya, guru tersebut hanya menegur siswanya yang berprilaku tidak pantas di lingkungan sekolah. berpangku-pangkuan dengan lawan jenis.
***
"Astaghfirullah" aku hanya mengurut dada mendengar semua cerita di ruang guru itu. beruntung aku belum pernah mengalami hal serupa... hanya saja aku ingin bercerita tentang sebuah kejadian unik di ruang kelas.
suatu ketika di ruang kelas ketika sedang asik mengajar, tiba-tiba terliha sebuah cahaya flash dari kamera handphone yang diarahkan kepada ku diikuti suara 'cekrek' yang menunjukkan penggunanya sedang mengambil gambar. seketika itu juga seisi kelas menoleh ke arah sumber suara, bersorak.
'Heh...' Ucapku spontan (kaget)
'Waaah... ketauan, hahaha...' sorak teman-temannya membuat gaduh ruang kelas
'itu kak foto papan tulis' jawab sang siswa (malu)
aku menoleh ke belakang, papan tulis penuh dengan coretan.
kejadian berulang, di ruang yang sama dari arah bangku yang sama. tapi saya tidak dapat memastikan apakah pelakunya sama atu tidak, karena setiap hari para siswa bebas memilih bangku yang menurutnya paling nyaman. kelas gaduh, aku menoleh kebelakang. papan tulisnya belum ada tulisan.
'Jadi?' pikir ku. Ah sudahlah toh si pelaku sudah di permalukan dengan kecerobohannya tidak mematikan suara dan flash kamera handphone-nya.
kawan, menuntut ilmu, sepenuhnya bukan tentang mengumpulkan pemahaman, lebih jauh dari itu adalah mencari keberkahan. di titik ini kita akan melihat seluas apa manfaat dari ilmu yang kita miliki kepada Dunia, orang-orang di sekitar kita, atau bahkan diri kita sendiri. bukankan menjadi sia-sia jika kita mampu menghimpun banyak pemahaman tapi tak mampu atau bahkan tidak di beri kesempatan untuk mengambil manfaat dari ilmu kita sendiri.
pikiranku menerawang ke beberapa abad yang lalu ketika seorang murid mengeluhkan berkurangnya kemapuan menghafal kepada gurunya.
‘Muridku,' sang guru menatap murid terbaiknya penuh harapan
'ketahuilah bahwa ilmu itu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang suka berbuat maksiat.’ lanjutnya
Begitulah seorang guru berusaha menanamkan nilai sebuah ilmu kepada muridnya. kelak kita kelak kita mengetahui sang murid tak pernah terlupakan karena ilmunya hingga hari ini. Imam syafi'i, peletak dasal ilmu ushul fiqh, sebuah cabang ilmu yang menjadi acuan ulama seluruh dunia tentang bagaimana mempertimbangkan sebuah masalah fiqih menjadi sebuah fatwa.
maka itulah yang dimaksud dengan kebarkahan.
***
kembali ke tiga cerita sebelumnya, apa yang kau lihat tentang masa depan bangsa ini dengan karakter siswa yang demikian? kepada kalian para guru, para murabbi, para asatidz, para pemimpin keluarga dan pemimpin bangsa, aku, kamu dan kita semua, tanamkanlah terus nilai-nilai moral kepada generasi penerus bangsa, dirumah, masjid, taman bermain, dan ruang-ruang kelas. sekali lagi, ilmu bukan sepenuhnya soal mengumpulkan pemahaman... semoga saya tidak salah,
Wallahua'lam
Bogor 23 Nov 2014
ketika misteri waktu tak pernah terpecahkan
Ahmad Yasin
Komentar