Hadirkan Cahaya
Aku tertarik pada cahaya yang menjadi simbol dari segala bentuk kebaikan. Ilmu, agama, iman, petunjuk, harapan, kekuatan juga pesona. Tapi ia juga menyimpan misteri tentang sesuatu yang aku sendiri tak mengerti.
Begitulah cahaya, ia terpancar memenuhi ruang menutupi kegelapan. Menembus celah-celah sempit, menerobos medium-medium yang diizinkan. Untuk terus bergerak memberikan energi bagi kehidupan. Hingga akhirnya melemah pada jangkauan yang tak mampu ia lewatkan. Seperti itulah sepantasnya kami bergerak, terus menyebar memenuhi pelosok negeri ini dengan harapan. Menyusupi setiap celah peluang yang kecil ataupun besar. Hingga menghapuskan keputusasaan. Karena di negeri ini masih banyak menyimpan sumber-sumber harapan. Seperti energi yang akan terus menghasilkan cahaya bagi kehidupan.
Itulah cahaya, sesekali ia tak cukup sekedar melewati (menembus) medium rambatnya. Karena cahaya juga mampu melubangi, seperti peluru yang merobek baja yang menghalangi lajunya. Itulah cahaya, ia dapat menyalakan api yang akan menjadi sumber cahaya baru. Seperti itulah perjuangan, sesekali memunculkan benturan yang tak dapat dihindarkan. Sesekali harus ada luka untuk membangunkan kesadaran. Sakit pastinya, tetapi biarkan luka-luka itu menjadi saksi kesungguhan. Tentang mimpi kebangkitan. Tentang keberanian yang tidak diragukan.
Lihatlah cahaya selalu menunjuki jalan. Seperti relativitas yang diusulkan dari kecepatannya. Ia membuka jalan baru tentang cakrawala pengetahuan yang pernah tertutup oleh kebodohan. Setelah sebelumnya ia menerangi apapun agar tampak pada mata. Membawa kita pada pengetahuan tentang semesta. Kini ia membuka jalan baru yang awalnya buntu. Ia tampakkan dua pandangan baru dalam sejarah pengetahuan manusia, fenomena kuantum dan fenomena relatifistik.
Seperti itulah seharusnya kita hadir bagi negeri ini. Untuk menunjukkan jalan keluar yang seolah putus oleh kegelapan. Kita harus bisa menghasilkan solusi bagi setiap titik masalah yang menghambat tercapainya cita-cita luhur yang pernah diimpikan. Seperti sebelumnya kita pernah mendobrak tirani, menuntut keadilan. Kini ketika negeri ini sedang diperebutkan, kita kembali harus memperjelas tentang apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Oleh negara yang pernah di deklarasikan untuk memimpin dunia, yaitu kepemimpinan yang shalih dan pengetahuan teknologi yang berdaya guna.
Kelak dunia akan melihat, Indonesia siap memimpin sebuah era baru. Ketika perbedaan dalam hal apapun menjadi sesuatu yang mewarnai kehidupan, bukan merusaknya. Ketika perselisihan pandangan menjadi anugrah bagi kekayaan wawasan. Ketika keunikan-keunikan lokal berpadu dalam keberagaman budaya menjadi kekayaan nusantara. Ketika ketaatan beragama menjadi pintu bagi terbukanya toleransi. Ketika kelas-kelas sosial telah terhubung oleh jembatan-jembatan amal dalam kerangka saling memberi. Semua yang berbeda menjadi padu menampilkan nuansa yang harmonis. Menyatu untuk sebuah cita, Indonesiaku.
Seperti seberkas cahaya putih yang ternyata tidak sendiri. Ia adalah wujud dari berjuta warna yang padu. Itulah mengapa dunia ini tidak memulu putih. Agar kita temukan pesona dalam warna yang berbeda. Seperti itulah layaknya kita sikapi semua yang berbeda. Untuk bersinergi wujudkan mimpi-mimpi. Karena sendiri hanya akan membawa sepi.
Maka biarkan kami hadir mewakili sebuah warna. Mungkin hijau, seperti suburnya negeri ini dengan pepohonan membangunkan kesegaran dalam kelumpuhan. Mungkin juga merah, seperti mawar yang selalu indah saat mekar membangkitkan gelora tentang impian. atau biru seperti lautan yang melipiti bumi kami, mengingatkan tentang kelahiran sebuah negeri.
Di negeri yang luas terbentang ini, cahaya menjadi penghubung titik-titik harapan. Sebagaimana dahulu ia juga menjadi bahasa komunikasi ketika suara tak mampu menyampaikan. jika kini dengan kreasi manusia ia mampu menyampaikan berjuta paket data dari daerah-daerah yang terpisahkan lautan. Sesungguhnya sebagian hewan telah lama menggunakannya dalam komunikasi mereka yang sulit kita pahami. Ya, seperti itu juga kita harus bisa menjadi penghubung antar elemen agar tercipta sinergi. Menjadi penghubung antar generasi agar terwujud jutaan mimpi. Penghubung antar kelas mengukuhkan keadilan.
Cahaya putih akan menghasilkan pelangi. Tidak sederhana, namun utuk melihatnya kau cukup menungggu datangnya hujan. Karena disisi yang lain, akan kau temukan pelangi. ketika cahaya mentari terurai oleh butiran-butiran hujan, itulah sisi lain dari perjuangan. Karena dalam kesulitan, sesungguhnya telah kita ciptakan keindahan. Semua akan terekam dalam kenangan. Mungkin tidak sekarang, tapi akan ada waktunya ketika engkau ridu untuk kembali.
Mereka meminta kita untuk tidak banyak berharap di jalan para pejuang. Tapi tanpa harapan aku tidak tahu apa yang kuperjuangkan. Karena dengan harapan itu jugalah kami dilahirkan seperti hadirnya cahaya. Dan satu harapku adalah jumpa kita di taman surga, berbincang dengan Muhammad yang kita idolakan.
Aku tak tahu seperti apa dunia tanpa cahaya.
Aku dan KAMMI, semua tentang cahaya.
Untuk nergeriku.
Begitulah cahaya, ia terpancar memenuhi ruang menutupi kegelapan. Menembus celah-celah sempit, menerobos medium-medium yang diizinkan. Untuk terus bergerak memberikan energi bagi kehidupan. Hingga akhirnya melemah pada jangkauan yang tak mampu ia lewatkan. Seperti itulah sepantasnya kami bergerak, terus menyebar memenuhi pelosok negeri ini dengan harapan. Menyusupi setiap celah peluang yang kecil ataupun besar. Hingga menghapuskan keputusasaan. Karena di negeri ini masih banyak menyimpan sumber-sumber harapan. Seperti energi yang akan terus menghasilkan cahaya bagi kehidupan.
Itulah cahaya, sesekali ia tak cukup sekedar melewati (menembus) medium rambatnya. Karena cahaya juga mampu melubangi, seperti peluru yang merobek baja yang menghalangi lajunya. Itulah cahaya, ia dapat menyalakan api yang akan menjadi sumber cahaya baru. Seperti itulah perjuangan, sesekali memunculkan benturan yang tak dapat dihindarkan. Sesekali harus ada luka untuk membangunkan kesadaran. Sakit pastinya, tetapi biarkan luka-luka itu menjadi saksi kesungguhan. Tentang mimpi kebangkitan. Tentang keberanian yang tidak diragukan.
Lihatlah cahaya selalu menunjuki jalan. Seperti relativitas yang diusulkan dari kecepatannya. Ia membuka jalan baru tentang cakrawala pengetahuan yang pernah tertutup oleh kebodohan. Setelah sebelumnya ia menerangi apapun agar tampak pada mata. Membawa kita pada pengetahuan tentang semesta. Kini ia membuka jalan baru yang awalnya buntu. Ia tampakkan dua pandangan baru dalam sejarah pengetahuan manusia, fenomena kuantum dan fenomena relatifistik.
Seperti itulah seharusnya kita hadir bagi negeri ini. Untuk menunjukkan jalan keluar yang seolah putus oleh kegelapan. Kita harus bisa menghasilkan solusi bagi setiap titik masalah yang menghambat tercapainya cita-cita luhur yang pernah diimpikan. Seperti sebelumnya kita pernah mendobrak tirani, menuntut keadilan. Kini ketika negeri ini sedang diperebutkan, kita kembali harus memperjelas tentang apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Oleh negara yang pernah di deklarasikan untuk memimpin dunia, yaitu kepemimpinan yang shalih dan pengetahuan teknologi yang berdaya guna.
Kelak dunia akan melihat, Indonesia siap memimpin sebuah era baru. Ketika perbedaan dalam hal apapun menjadi sesuatu yang mewarnai kehidupan, bukan merusaknya. Ketika perselisihan pandangan menjadi anugrah bagi kekayaan wawasan. Ketika keunikan-keunikan lokal berpadu dalam keberagaman budaya menjadi kekayaan nusantara. Ketika ketaatan beragama menjadi pintu bagi terbukanya toleransi. Ketika kelas-kelas sosial telah terhubung oleh jembatan-jembatan amal dalam kerangka saling memberi. Semua yang berbeda menjadi padu menampilkan nuansa yang harmonis. Menyatu untuk sebuah cita, Indonesiaku.
Seperti seberkas cahaya putih yang ternyata tidak sendiri. Ia adalah wujud dari berjuta warna yang padu. Itulah mengapa dunia ini tidak memulu putih. Agar kita temukan pesona dalam warna yang berbeda. Seperti itulah layaknya kita sikapi semua yang berbeda. Untuk bersinergi wujudkan mimpi-mimpi. Karena sendiri hanya akan membawa sepi.
Maka biarkan kami hadir mewakili sebuah warna. Mungkin hijau, seperti suburnya negeri ini dengan pepohonan membangunkan kesegaran dalam kelumpuhan. Mungkin juga merah, seperti mawar yang selalu indah saat mekar membangkitkan gelora tentang impian. atau biru seperti lautan yang melipiti bumi kami, mengingatkan tentang kelahiran sebuah negeri.
Di negeri yang luas terbentang ini, cahaya menjadi penghubung titik-titik harapan. Sebagaimana dahulu ia juga menjadi bahasa komunikasi ketika suara tak mampu menyampaikan. jika kini dengan kreasi manusia ia mampu menyampaikan berjuta paket data dari daerah-daerah yang terpisahkan lautan. Sesungguhnya sebagian hewan telah lama menggunakannya dalam komunikasi mereka yang sulit kita pahami. Ya, seperti itu juga kita harus bisa menjadi penghubung antar elemen agar tercipta sinergi. Menjadi penghubung antar generasi agar terwujud jutaan mimpi. Penghubung antar kelas mengukuhkan keadilan.
Cahaya putih akan menghasilkan pelangi. Tidak sederhana, namun utuk melihatnya kau cukup menungggu datangnya hujan. Karena disisi yang lain, akan kau temukan pelangi. ketika cahaya mentari terurai oleh butiran-butiran hujan, itulah sisi lain dari perjuangan. Karena dalam kesulitan, sesungguhnya telah kita ciptakan keindahan. Semua akan terekam dalam kenangan. Mungkin tidak sekarang, tapi akan ada waktunya ketika engkau ridu untuk kembali.
Mereka meminta kita untuk tidak banyak berharap di jalan para pejuang. Tapi tanpa harapan aku tidak tahu apa yang kuperjuangkan. Karena dengan harapan itu jugalah kami dilahirkan seperti hadirnya cahaya. Dan satu harapku adalah jumpa kita di taman surga, berbincang dengan Muhammad yang kita idolakan.
Aku tak tahu seperti apa dunia tanpa cahaya.
Aku dan KAMMI, semua tentang cahaya.
Untuk nergeriku.
dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya(Qs.35.20)
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi (QS.24.35)
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi (QS.24.35)
Pondok Gede, 25 Desember 2012
_Ahmad Yasin (PD KAMMI Bogor)
_Ahmad Yasin (PD KAMMI Bogor)
Komentar