Otimisme dan Tawakkal (Kenangan OSN-Pertamina 2011)
# Keinginan
untuk mundur, tentu saja ada. Alasannya sedang ujian, agenda kepanitaan yang
menghitung minggu, soal open yang tak terselesaikan, dll. Tapi Islam
mengajarkan kita untuk ‘tidak pernah putus asa, apapun alasannya’ #
Selepas seleksi tahap semi final, kami –enam semi finalis- antara
pantas atau tidak, dengan ragu terus berharap, semoga sebuah keajaiban datang
sekali lagi. Ya, kami semua mengharapkan untuk bisa lolos ke tiga besar tingkat
nasional di Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2011 (OSN-Pertamina 2011) itu,
mengingat langkah yang kami sudah jauh, juga dukungan teman-teman yang luar
biasa. Ditambah lagi kami semua membawa nama baik universitas dan provinsi
masing-masing yang keduanya itu menjadi beban tersendiri saat kembali nanti.
Sebuah kertas soal seleleksi semi final bidang fisika yang tergeletak di sebuah meja menampakkan coretan “Bahkan kita tidak akan pernah tahu, apa yang akan terjadi, satu detik setelah saat ini”. Semoga redaksinya benar, tapi setidaknya maksudnya sama. Yang menulisnya pastilah salah satu dari enam semi finalis yang baru saja keluar dari ruang seleksi, entah siapa dan apa maksudnya. Tetapi saat membacanya, penulis hanya teringat pada Allah yang maha kuasa. Tulisan itu boleh jadi menggambarkan keputusasaan, tapi juga sebuah tawakkal –berserah diri- pada sang pencipta atas usaha yang menurutnya sudah maksimal. Sampai disini kita tidak bisa memprediksi apa yang ada di benak pemilik kertas tersebut ketika menggoreskan tintanya disana.
Sebuah kertas soal seleleksi semi final bidang fisika yang tergeletak di sebuah meja menampakkan coretan “Bahkan kita tidak akan pernah tahu, apa yang akan terjadi, satu detik setelah saat ini”. Semoga redaksinya benar, tapi setidaknya maksudnya sama. Yang menulisnya pastilah salah satu dari enam semi finalis yang baru saja keluar dari ruang seleksi, entah siapa dan apa maksudnya. Tetapi saat membacanya, penulis hanya teringat pada Allah yang maha kuasa. Tulisan itu boleh jadi menggambarkan keputusasaan, tapi juga sebuah tawakkal –berserah diri- pada sang pencipta atas usaha yang menurutnya sudah maksimal. Sampai disini kita tidak bisa memprediksi apa yang ada di benak pemilik kertas tersebut ketika menggoreskan tintanya disana.
Pengalaman OSN memberi banyak pelajaran bagi kami. Proses seleksi
yang bertahap terus memperluas wawasan dan pengalaman. Karena dengan itu kami
terus berusaha meningkatkan kemampuan setiap kali lolos dari tahap seleksi
mulai provinsi, final provinsi, seleksi nasional, semi final nasional, hingga
ke final nasional. Perjalanan itu mengajarkan kami untuk tidak putus asa, terus
berharap dan berusaha maksimal, namun juga berdo’a dan bertawakkal.
Maka itulah yang membuat penulis mampu menyelesaikan syarat
mengukuti seleksi nasional ketika pengumuman pemenang provinsi hanya berkisar
dua puluhan hari sebelum seleksi final dilakukan, di tengah Ujuan Tengah
Semester (UTS) yang juga menyita pikiran. dan waktu itu penulis sedang menjadi
ketua panitia sebuah event skala nasional. Beberapa hari setelah pengumuman,
keluarlah empat soal open sebagai syarat seleksi nasional. Kempat soal
tersebut meminta pembuatan empat makalah dengan topik-topik yang ditentukan,
berdasarkan hasil eksperimen dan analisa teoritik. Entah optimal atau tidak,
hari-hari itu diisi dengan belajar untuk UTS, sedikit kegiatan-kegiatan
kepanitiaan, tutorial soal olimpiade, Ujian Tengah Semester, konsultasi dengan
dosen terkait soal open yang disyaratkan tersebut. juga yang gak kalah
penting mengurus perizinan terkait ketidak ikut sertaan dalam kegiatan perkuliahan
sepanjang berjalannya seleksi dan final nasional nanti. Maka UTS yang bisanya
dikondisikan tenang, pun terganggu.
Keinginan untuk mundur, tentu saja ada. Alasannya sedang ujian,
agenda kepanitaan yang menghitung minggu, soal open yang tak
terselesaikan, dll. Tapi Islam mengajarkan kita untuk ‘tidak pernah putus asa,
apapun alasannya’. Dan itulah yang membuat penulis terus berusaha seoptimal
mungkin. Itulah juga yang menjadikan penulis semakin mendekatkan diri pada sang
khaliq. kemudian dukungan datang begitu saja dari teman-teman seperjuangan,
dosen dan lainnya. Hingga semua terasa mudah. Bahkan ketika PIC setempat
(provinsi) sama sekali tidak memberikan info terkait agenda seleksi. Hingga suatu
malam, panitia seleksi pusat menghubungi terkait agenda malam itu sedangkan
penulis hanya menerima pengumuman terkait seleksi yang akan dilakukan besok
pagi. Terbayanglah apa yang terjadi ketika panitia meminta kehadiran secepatnya
atau gugur. Padahal sebelumnya PIC setempat tidak memberi tangggapan ketika
dihubungi.
Proses seleksi olimpiade tinggat nasional akhirnya berjalan dengan
baik, menyertakan hanya juara 1 provinsi dari seluruh Indonesia dengan empat bidang
yang dipertandingkan yaitu matematika, fisika, kimia, biologi. Berbagai
pengalaman menarik. Bertemu dengan para juara provinsi, menjalin persaudaraan
yang tak terbatas waktu. Membangun semangat berkarya untuk bengsa. Berbagi
kisah tentang sumber daya negeri ini yang membangkitkan kembali harapan.
Alhamdulillah penulis berkesempatan masuk babak semi final atau
enam besar nasional bidang fisika. Sebuah pengalaman yang menarik, semoga
menjadi awal untuk prestasi-prestasi selanjutnya. Dan semoga tulisan ini
bermanfaat agar Allah menilainya sebagai sebuah kebaikan. Trimakasih untuk
semua pihak yang membantu penulis waktu itu. [Bogor, 23 Desember 2011, Ahmad
Yasin]
***
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Qs.At-Thalaq, 65:7)
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Qs.At-Thalaq, 65:7)
…
dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya. (Qs.At-Thalaq, 65:4)
Komentar
:)